MAKALAH MASALAH KEMISKINAN DALAM PEMBANGUNAN DAN CARA-CARA UNTUK MENGATASINYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemiskinan
pada dasarnya merupakan salah satu bentuk masalah yang muncul dalam kehidupan
masyarakat, khususnya masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang.
Masalah kemiskinan ini menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah secara
berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat. Upaya
pemecahan masalah kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses
pembangunan yang selama ini sedang dilaksanakan.
Istilah
kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam kehidupan
kita. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan ditinjau dari segi materi
(ekonomi). Dari kegagalan dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran,dan
ketimpangan pendapatan secara berarti, maka para ahli kemudian bergeser dari
penciptaan lapangan kerja yang memadai, penghapusan kemiskinan, dan akhirnya
penyediaan barang-barang dan jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini untuk mengetahui bagaimana pembangunan dan kemiskinan yang berada di
lingkungan sekitar.
1.3. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan pembangunan
dan kemiskinan?
2) Sebutkan indikator – indikator
pembangunan?
3) Sebutkan indikator – indikator
kemiskinan?
4) Sebutkan upaya-upaya mengatasi
kemiskinan?
5) Apa hubungan pembangunan dengan
kemiskinan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembangunan dan
Kemiskinan
2.1.1.
Pengertian Pembangunan
Pembangunan
adalah proses untuk melakukan perubahan atau suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation building). Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencangkup seluruh system social, seperti politik, ekonomi, infrastruktur,
pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan dan budaya. Dalam pengertian
lain, pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Menurut
para sarjana sains sosial dan kemanusiaan, pembangunan adalah sebagai bagian
dari proses perubahan sosial yang sifatnya lebih menyeluruh. Pembangunan itu
pula dibagi kepada dua kategori besar. Pertama, pembangunan yang direncanakan,
dan kedua pembangunan yang tidak direncanakan.
Namun jika
dilihat dari segi kebudayaan, pembangunan tidak lain adalah usaha sadar untuk
menciptakan kondisi hidup manusia yang lebih baik. Menciptakan lingkungan hidup
yang lebih serasi. Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar hidup lebih
nikmat. Pembangunan adalah suatu intervensi manusia terhadap alam
lingkungannya, baik lingkungan alam fisik, maupun lingkungan sosial budaya.
Proses
pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, social,
budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro
(community/group). Maka penting dari pembangunan adalah adanya
kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.
Dengan
semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang menyangkut berbagai
aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencangkup bidang
ekonomi dan industri, melainkan telah menambah keseluruh aspek yang dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Dalam
proses modernisasi terjadi suatu proses perubahan yang mengarah pada perbaikan,
para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan
dimana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang
pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern,
menggantikan alat-alat tradisional.
2.1.2.
Pengertian Kemiskinan
Kata miskin diartikan tidak berharta atau serba kekurangan.
Sedangkan fakir diartikan orang yang sangatkekurangan atau sangat miskin. Akan
tetapi kedua kata miskin dan fakir telah menjadi satu istilah yang baku yaitu
fakir miskin sebagai suatu istilah yang makna sama yaitu kondisi yang serba
kekurangan materi.
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada dibawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. (Emil
Salim, 1982). Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai
inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi
fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal:
1) Persepsi manusia terhadap kebutuhan
pokok yang diperlukan
2) Posisi manusia dalam lingkungan
sekitar
3) Kebutuhan objektif manusia untuk
bisa hidup secara manusiawi.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam
barang dan jasa serta tertuangkan dalam nilai uang sebagai patokan bagi
penetapan pendapatan minimal yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan
ditentukan oleh tingkat pendapatan minimal.
2.2.Indikator-indikator Pembangunan
Sejumlah indicator ekonomi yang
dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional anatara lain:
1) Pendapatan Perkapita (GNP atau PDB)
2) Struktur Ekonomi
3)
Urbanisasi
4)
Indeks
Kualitas Hidup (IKH)
5) Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Index)
2.3.Indikator-Indikator Kemiskinan
Menurut (Emil Salim: 1928) yang dimaksud dengan kemiskinan
adalah suatu keadaan yang dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Atau dengan istilah lain kemiskinan itu
merupakan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok, sehingga mengalami
keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya.
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada dibawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. (Emil
Salim, 1982). Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai
inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi
fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Adapun
indikator-indikator kemiskinan antara lain:
1.
Pendidikan
yang terlampau rendah
2.
Malas
bekerja
3.
Keterbatasan
sumber alam
4.
Terbatasnya
lapangan kerja
5.
Keterbatasan
modal
6.
Beban
keluarga
2.4. Penyebab Adanya Kemiskinan
Beberapa factor kemiskinan diantaranya pendidikan yang
rendah dipandang sebagai penyebab kemiskinan. Dari dimensi kesehatan, rendahnya
mutu kesehatan masyarakat menyebabkan terjadinya kemiskinan. Dari dimensi
ekonomi, kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas, penguasaan teknologi
dan kurangnya keterampilan, dilihat sebagai alasan mendasar mengapa terjadi
kemiskinan. Factor kultur dan struktual juga kerap kali dilihat sebagai elemen
penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai
berikut:
1. Secara makro, kemiskinan muncul
karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan
distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam
jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan
kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah
berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah.
3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan
akses modal.
2.5. Upaya Mengatasi Kemiskinan
Dari kegagalan kebijaksanaan konvesional mengenai
pertumbuhan ekonomi di banyak Negara berkembang dalam mengurangi kemiskinan,
pengangguran dan disparitas (ketimpangan) pendapatan secara berarti telah
memaksa baik para perencana ekonomi dan teknokrat maupun para peneliti ekonomi
untuk kembali mempelajari secara sunguh-sunguh kebijaksanaan tersebut,serta
mendorong mereka untuk mempelajari alternatif-alternatif yang realistis bagi
kebijaksanaan pertumbuhan ekonomi yang konvensional. Dalam hal ini pendekatan
kebutuhan dasar dalam perencanaan pembangunan merupakan hasil yang logis dari
suatu proses reorientasi yang panjang dalam pemikiran tentang pembangunan.
Dari hasil-hasil penelitian kemudian pusat perhatian para
ahli lambat laun mulai bergeser dari tekanan pada penciptaan lapangan kerja
yang memadai ke penghapusan kemiskinan, dan akhirnya ke penyediaan
barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk, yang berupa
dua perangkat, yaitu:
1. Perangkap kebutuhan konsumsi
perorangan akan pangan ,sandang , dan pemukiman.
2. Perangkap yang mencakup penyediaan
jasa umum dasar ,seperti fasilitas kesehatan,pendidikan ,saluran air minum
,pengangkutan ,dan kebudayaan.
Di samping
kedua perangkat tersebut ,kebutuhan dasar atau kebutuhan dasar manusiawi
kadang-kadang juga digunakan untuk mencakup tiga sasaran lain, yaitu :
1.
Hak
atas pekerjaan produktif dan yang memberikan imbalan yang layak, sehingga cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap rumah tangga atau perorangan .
2.
Prasarana
yang mampu menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar penduduk.
3.
Partisipasi
seluruh penduduk ,baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan
proyek-proyek yang berhubungan dengan penyediaan barang-barang dan jasa-jasa
kebutuhan dasar.
Pengalaman
dari negara-negara Asia Timur, yaitu Korea, Taiwan, Jepang menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan disertai pemerataan hasil-hasil
pembangunan dapat tercapai. Karena di negara-negara tersebut program
pembangunan pedesaan sangat diutamakan.
2.6. Pembangunan dan Kemiskinan
Di Indonesia pola perkembangan pembangunan juga mengikuti
pendapatan yang dikemukakan Kuznets, artinya golongan miskin kurang terjamah
oleh hasil-hasil pertumbuhan ekonomi. Mengapa mereka tidak terangkat, padahal
pemerintah telah mengambil kebijaksanaan penyebaran proyek-proyek ke daerah-daerah
ke desa-desa.
Bila diteliti golongan-golongan miskin yang tidak terjamah
oleh hasil-hasil pembangunan karena:
a) Ketimpangan dalam peningkatan
pendidikan. Selama belum ada kewajiban belajar golongan miskin tidak akan mampu
berpartisipasi mengenyam peningkatan anggaran pendidikan.
b) Ketidakmerataan kemampuan untuk
berpartisipasi. Untuk berpartisipasi diperlukan tingkat pendidikan,
keterampilan, relasi, dan sebagainya. Golongan miskin tidak memilikinya .
c) Ketidakmerataan pemilikan alat-alat
produksi.Golongan miskin tidak memiliki alat-alat produksi, penghasilannya
untuk makan saja sudah susah, sehingga tidak mungkin untuk membentuk modal.
d) Ketidakmerataan kesempatan terhadap
modal dan kredit ada. Modal dan kredit pemberiannya menghendaki syarat-syarat
tertentu dan golongan miskin tidak mungkin memenuhi persyaratannya.
e) Ketidakmerataan menduduki
jabatan-jabatan. Untuk mendapat pekerjaan yang memberi makan pada keluarga saja
susah, apalagi menduduki jabatan-jabatan yang sering memerlukan relasi tertentu
dan persyaratan tertentu.
f) Ketidakmerataan mempengaruhi
pasaran. Karena miskin dan pendidikannya rendah, maka tidak mungkin golongan
miskin dapat mempengaruhi pasaran.
g) Ketidakmerataan kemampuan
menghindari musibah misalnya penyakit, kecelakaan dan ketidak beruntungan
lainnya. Bagi golongan miskin dibutuhkan bantuan untuk dapat mengatasi musibah
tersebut. Mengharapkan diri mereka sendiri dapat mengangakat dirinya tanpa
pertolongan, sukar dipastikan.
h) Laju pertumbuhan penduduk lebih memberatkan
golongan miskin. Dengan jumlah keluarga besar, mereka sulit dapat
menyekolahkan, memberi makan, dan pakaian secukupnya. Hanya keluarga yang kaya
atau berpenghasilan besar sajalah yang mampu.
Dapatlah
dipastikan bahwa golongan berpenghasilan rendah, karena kurang terjamah
pendidikan, tidak memiliki sarana-sarana, misalnya kredit, modal, alat-alat
produksi, relasi dan sebagainya, tidak akan mampu berpartisipasi dalam
pertumbuhan ekonomi dan menikmati pembagian hasil-hasilnya tanpa adanya
kebijaksanaan khusus yang ditujuakan untuk mengangkat mereka.
BAB III
KESIMPULAN
Kemiskinan sering diidentifikasikan dengan kekurangan
terutama kekurangna bahan pokok seperti pangan,kesehatan ,sandang,papan,dan
sebagianya. Dengan kata lain, kemiskinan merupakan ketidak mampuan memenuhi
kebutuhan pokok, sehingga ia mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan
dalam setiap langkah hidupnya (Siswanto, 1998).Kemiskinan bagaikan penyakit yang
diberantas. Namun upaya memberantas tidak selalu membawa hasil karena masalah
memang kompleks.
Untuk mengatasi kemiskinan, paling tidak harus dilihat dari
konteks masalahnya. Kemiskinan timbul dari berbagai faktor yang setiap
faktornya memerlukan penanganan khusus.
Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat
dan lingkungan hidupnya. Serentak dengan laju pembangunan, terjadi pula
dinamika masyarakat. Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang
sudah ada. Terjadilah pergeseran sistem nilai budaya yang membawa perubahan
pula dalam hubungan interaksi manusia dalam masyarakatnya. Walaupun kata
pembangunan memiliki makna yang berbeda-beda, namun satu makna yang diterima
oleh masyarakat umum adalah perubahan.
Comments
Post a Comment