Makalah Tata Surya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah
bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.
Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan
orbit berbentuk elips, lima
planet kerdil, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda
langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam,
sabuk asteroid, empat planet luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper
dan Piringan Terbesar. Enam dari delapan planet dan tiga dari lima planet kerdil itu dikelilingi oleh
satelit alami yang biasa disebut dengan bulan. Contoh: Bulan atau satelit alami
Bumi. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang
terdiri dari debu dan partikel lain.
Itulah sedikit gambaran tentang Tata Surya. Tetapi, Bagaimana
Tata Surya bisa berbentuk seperti sekarang? Bagaimana awal mula terbentuknya
Tata Surya? Apa yang menarik tentang Tata Surya? Pertanyaan-pertanyaan ini
sering muncul di sekitar kita dan saya akan mencoba menjawab lewat makalah ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis membuat makalah yang berjudul
“Tata Surya dan Semua Benda Langit yang Terikat dengan Gravitasi” dengan
harapan dapat membantu para pembaca.. Dengan adanya makalah ini bukan berarti
benda langit hanya itu saja tetapi masih ada banyak lagi yang tidak dapat
ditangkap oleh indera manusia sehingga kita harus banyak belajar agar dapat
menemukan benda langit yang baru.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dijelaskan, maka
secara garis besar ada empat rumusan masalah sebagai berikut.
·
Bagaimana Asal-usul
Tata Surya?
·
Bagaimana Sejarah
Penemuan Tata Surya?
·
Bagaimana Struktur
Tata Surya?
·
Bagaimana Konteks
Galaksi Tata Surya?
1.2 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
·
Mengetahui Asal-usul
Tata surya.
·
Mengetahui Sejarah
Tata Surya.
·
Mengetahui Struktur
Tata Surya.
·
Mengetahui Konteks
Galaksi Tata Surya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal-usul Tata
Surya
Banyak ahli telah mengemukakan hipotesis tentang asal-usul Tata
Surya, diantaranya.
·
Hipotesis Nebula
Hipotesis Nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg(1688-1772) tahun 1734 dan
disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa
juga dikembangkan oleh Pierre
Marquis de Laplace secara independen
pada tahun 1796. Hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula
Kant-Laplace yang menyebutkan bahwa pada tahap awal Tata Surya masih berupa
kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang
disebut nebula dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya
gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan
arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa
(matahari). Matahari raksasa terus menyusut, berputar semakin cepat, dan
cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi tersebut gas-gas memadat seiring dengan penurunan suhunya
dan membentuk planet dalam dan planet luar.
·
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin
dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis
planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang
lain yang lewat cukup dekat dengan matahari. Pada masa awal pembentukan
matahari, kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan
matahari dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali
dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan
spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik
kembali dan sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin, memadat, dan menjadi
benda-benda berukuran kecil yang disebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu sehingga
membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet
dan asteroid.
·
Hipotesis Pasang Surut
Bintang
Hipotesis Pasang Surut Bintang pertama kali dikemukakan
oleh James Jeans
pada tahun 1917. Planet dianggap
terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang
hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari
dan bintang lain oleh gaya pasang surut yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun
astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang
sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula
astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas
hipotesis tersebut.
·
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda
yang bernama G.P. uiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi
menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
·
Hipotesis Bintang
Kembar
Hipotesis Bintang Kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis Bintang
Kembar menjelaskan bahwa Tata Surya berupa dua bintang yang hampir sama
ukurannya dan saling berdekatan. Kemudian salah satunya meledak dan
meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi
bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
2.2 Sejarah Penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena
mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia
memiliki nama sendiri untuk
masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa
manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung
mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia “lebih tajam”
dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam sehingga ia bisa melihat
berbagai perubahan bentuk penampakan Venus seperti Venus
Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap
Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta. Susunan
heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus,
yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter. Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan
perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain
melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang
memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus pada 1781.
Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang
mengganggu. Kemudian Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus
ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian
ditemukan pada 1930. Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya
diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus.
Kemudian pada 1978 ditemukan satelit yang mengelilingi Pluto yaitu Charon yang
sebelumnya sempat dikira sebagai planet karena ukurannya tidak jauh berbeda
dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000
objek kecil yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar
100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek
trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di
antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada
Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea,Varuna, dan 2003 EL61 (1.500
km pada Mei 2004). Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk
Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran
lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh
penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki
satelit.
2.3 Struktur Tata
Surya
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya. Yupiter dan Saturnus merupakan dua komponen terbesar yang mengedari matahari
menyangkup kira-kira 90 persen massa
selebihnya. Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit matahari terletak
pada bidang edar bumi yang disebut ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika,
sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang
sangat besar dibandingkan ekliptika. Planet-planet dan objek-objek Tata Surya
juga mengorbit mengelilingi matahari dengan berlawanan arah jarum jam jika
dilihat dari atas kutub utara matahari kecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek
Tata Surya sekeliling matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan matahari
sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari
matahari memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara
objek dengan matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek
dengan matahari disebut perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari disebut aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion
dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet hampir berbentuk lingkaran
sedangkan komet, asteroid, dan objek sabuk Kuiper orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya
menunjukan jarak yang sama antar orbit. Semakin jauh letak sebuah planet atau
sabuk dari matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edar
orbit sebelumnya. Sebagai contoh: Venus terletak
sekitar sekitar 0,33 SA dari Merkurius, Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah
dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya memiliki sistem
sekunder yang kebanyakan adalah benda pengorbit alami (satelit atau bulan).
Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron,
dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen.
Empat planet terbesar juga memiliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil
yang mengorbit secara serempak.
2.3.1 Terminologi
Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata
Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Tata Surya bagian luar terdapat
empat gas planet raksasa. Sejak ditemukan Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah tersendiri yang
meliputi semua objek melampaui Neptunus.
Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari
matahari dan mempunyai massa
cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan
menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Menurut definisi ini,
Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena
tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper. Planet
kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi matahari dan
mempunyai massa
yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan
daerah sekitarnya. Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil, yaitu: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris. Objek lain yang mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang
memiliki orbit di daerah trans-Neptunus disebut plutoid.
Sisa objek-objek lain yang mengitari matahari adalah benda kecil
Tata Surya. Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk
mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk
menyebut bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K). Contoh:silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat
di Tata Surya bagian dalam yang merupakan komponen pembentuk utama hampir semua
planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah
seperti atom, hidrogen, helium, dan gas mulia. Bahan-bahan ini
mendominasi wilayah tengah Tata Surya yang didominasi oleh Yupiter dan
Saturnus. Es seperti air, metana, amonia, dan karbon dioksida memiliki titik lebur sekitar ratusan
derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit
planet raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (es raksasa) serta berbagai benda kecil yang terletak di
dekat orbit Neptunus.
2.3.2 Zona Tata Surya
Gambar 2.1 Zona Tata Surya
Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk
asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper.
Di zona planet bagian dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan
planet Merkurius (jarak dari matahari 57,9 × 106 km,
atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km,
0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km,
1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km,
1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km,
dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.
Sabuk asteroid adalah kumpulan batuan metal dan mineral
yang terletak di antara Mars dan Yupiter.. Kebanyakan asteroid-asteroid ini
hanya berdiameter sekitar100 km atau lebih. Orbit asteroid-asteroid ini sangat
eliptis, bahkan sampai menyimpang Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).Ceres adalah bagian
dari kumpulan asteroid ini yang berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan
sebagai planet kerdil.
Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km,
19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109km,
30,1 SA) dengan massa
jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara planet-planet dengan matahari bisa diperkirakan dengan
menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini
kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.
Anehnya pada planet Neptunus tidak muncul di baris matematis
Titus-Bode sehingga membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan
hasil tabrakan kosmis.
2.3.3 Matahari
Gambar 2.2 Matahari di lihat dari Spektrum Sinar-X
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen
utama sistem Tata Surya. Bintang ini berukuran
332.830 kali dari massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan
inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan
energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik yang
termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning yang
berukuran tengahan. Nama ini menyebabkan kesalahpahaman karena
dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti
matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram
Hertzsprung-Russell yaitu sebuah
grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum,
bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti
pola ini dikatakan terletak pada deret utama dan matahari terletak persis di tengah deret ini. Akan
tetapi bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari
adalah langka sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah
umum.
Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal
kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari
kecermelangan sekarang. Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang “populasi I”. Bintang
kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta sehingga mengandung banyak unsur yang lebih berat daripada
hidrogen dan helium (metal) dibandingkan dengan bintang “populasi II”.
Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk
di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi
pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh
unsur-unsur yang lebih berat ini. Bintang-bintang tertua mengandung sangat
sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih
tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh
penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah
hasil penggumpalan metal.
Gambar 2.3 Lembar Aliran Heliosfer
Disamping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel
bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin matahari. Semburan partikel ini menyebar keluar
kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam sehingga menciptakan
atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya sejauh 100 SA.
Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan matahari, seperti semburan matahari (solar flares) dan pengeluaran massa korona (coronal mass ejection)
menyebabkan gangguan pada heliosfer sehingga menciptakan cuaca ruang angkasa.
Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), yaitu
sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis matahari terhadap
medium antarplanet. Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin matahari. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet karena
atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa. Interaksi antara angin matahari dan
medan magnet
bumi menyebabkan terjadinya aurora yang dapat
dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran
perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang
dan kekuatan medan magnet matahari mengalami perubahan
pada skala waktu yang sangat panjang sehingga derajat radiasi kosmis di dalam
Tata Surya sendiri adalah bervariasi meskipun tidak diketahui seberapa besar.
Medium antarplanet juga merupakan tempat berada dua daerah mirip
piringan yang berisi debu kosmis. Daerah pertama, awan debu zodiak yang terletak
di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini
kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan
planet-planet. Daerah kedua, membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA dan
mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.
2.3.4 Tata Surya
Bagian Dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama yang terbuat dari silikat dan logam. Objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup
dekat dengan matahari. Radius dari seluruh daerah ini lebih pendek
dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.
2.3.4.1 Planet-Planet
Bagian Dalam
Gambar 2.4 Planet-Planet Bagian Dalam
Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Empat planet bagian dalam
atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang
padat dan hampir tidak mempunyai bulan dan sistem cincin. Komposisi utama
planet ini adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk
kerak dan selubung dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk
intinya. Venus, Bumi dan Mars memilikiatmosfer, kawah meteor, dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti
gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara matahari dan
bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet
inferior.
2.3.4.1.1 Merkurius
Merkurius (0,4 SA) adalah planet terdekat dari matahari serta
terkecil (0,055 massa
bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping
kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes,
kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer
Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari
permukaannya karena semburan angin matahari. Besarnya inti besi dan tipisnya
kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesis
lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa dan
perkembangan (akresi) penuhnya terhambat oleh energi awal matahari.
2.3.4.1.2 Venus
Venus (0,7 SA)
berukuran 0,815 kali dari massa
bumi. Planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfer yang tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini
lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi.
Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu
permukaan mencapai 400 °C yang kemungkinan besar disebabkan jumlah gas
rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis
Venus belum dideteksi dan karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya
atmosfer diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
2.3.4.1.3 Bumi
Bumi adalah planet
bagian dalam yang terbesar dan terpadat. Bumi adalah satu-satunya yang
diketahui memiliki aktivitas geologi dan memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya
yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan
satu-satunya planet yang diobservasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi
sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya karena dipengaruhi oleh
keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit yaitu bulan dan satu-satunya
satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
2.3.4.1.4 Mars
Mars (1,5 SA)
berukuran lebih keci dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer
tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi
raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marinerismenunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai
belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya
besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil yaitu Deimos dan Phobos yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
2.3.4.2 Sabuk Asteroid
Gambar 2.5 Sabuk Asteroid Utama
Asteroid adalah obyek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan
mineral logam beku. Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter yang berjarak antara 2,3-3,3 SA dari matahari. Asteroid merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang
gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter. Gradasi ukuran asteroid
adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar
diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik. Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu hingga jutaan objek
yang berdiameter satu kilometer. Meskipun demikian, massa
total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi. Sabuk utama tidaklah rapat karena
kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami
kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10-4 m
disebut meteorid.
2.3.5 Tata Surya
Bagian Luar
Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan
satelit-satelit yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk
beberapa Centaur yang juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah
ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan,
yang sering disebut es dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi
dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.
2.3.5.1 Planet-Planet
Bagian Luar
Keempat planet luar yang disebut planet raksasa gas (gas
giant) atau planet jovian secara keseluruhan mencakup 99% massa yang mengorbit
matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium. Uranus dan Neptunus
memiliki proporsi es yang lebih besar. Para
astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.
Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin
Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
Gambar 2.6 Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan
Matahari
2.3.5.1.1 Yupiter
Yupiter (5,2 SA) merupakan planet yang berukuran 318 kali massa bumi dan 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya.
Kandungan utama planet ini adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di
dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada
atmosfernya seperti pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63
satelit. Empat yang terbesar adalah Ganymede, Callisto,Io, dan Europa yang menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti
gunung berapi dan inti yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di
Tata Surya berukuran lebih besar dari Merkurius.
2.3.5.1.2 Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya memiliki
beberapa kesamaan dengan Yupiter yaitu komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus
hanya sebesar 60% volume Yupiter, namun planet ini hanya seberat kurang
dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi sehingga membuat planet ini
sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60
satelit yang diketahui sejauh ini dan 3 yang belum dipastikan. Dua di
antaranya yaitu Titan dan Enceladus yang menunjukan activitas geologis
meskipun hanya terdiri dari es saja. Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang
memiliki atmosfer yang cukup berarti.
2.3.5.1.3 Uranus
Uranus (19,6 SA) yang
memiliki 14 kali massa
bumi adalah planet yang paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini
memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari matahari dengan berukuran poros
90° pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin
dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.
Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui dan yang terbesar adalah Titania,
Oberon, Umbriel, Ariel, dan Miranda.
2.3.5.1.4 Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus namun
memiliki 17 kali massa
bumi sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam
tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus. Neptunus memiliki 13 satelit yang
diketahui. Yang terbesar adalah Triton. Tritonmemiliki geyser nitrogen cair dan geologinya
aktif. Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade).
Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya yang disebut
Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
2.3.5.2 Komet
Gambar 2.7 Komet Halley-Bopp
Komet adalah badan
Tata Surya kecil yang biasanya hanya berukuran beberapa kilometer dan terbuat
dari es volatil.
Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi. Secara umum, perihelionnya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelionnya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet
memasuki Tata Surya bagian dalam dan mendekati matahari menyebabkan permukaan
esnya bersumblimasi dan berionisasi yang menghasilkan koma, ekor gas, dan debu
panjang yang sering dapat dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari
dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang
berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang seperti Hale-bopp,
berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal. Sebagian komet
berorbit hiperbolik mungkin berasal dari luar Tata Surya tetapi menentukan
jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit. Komet tua yang bahan volatilesnya
telah habis karena panas matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.
2.3.6 Daerah
trans-Neptunus
Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus disebut daerah
trans-Neptunus yang sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah
ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki
diameter seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari bulan) dan terutama
mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk
daerah yang terletak melebihi sabuk asteroid.
2.3.6.1 Sabuk Kuiper
Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk
asteroid tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 dan
50 SA dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Beberapa objek Kuiper yang terbesar
seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar
100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter lebih dari 50 km tetapi
diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi. Banyak
objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar
bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi resonansi dan
sabuk klasik. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus. Sabuk klasik
terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus dan terletak
sekitar 39,4 SA- 47,7 SA. Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagaicubewanos.
2.3.6.2 Piringan
Tersebar
Piringan tersebar (scattered disc) berpotongan
dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas. Daerah ini diduga
merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga
terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan
migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects atau
SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150
SA dari matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang
ekliptika dan sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan
piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan
tersebar sebagai “Objek Sabuk Kuiper Tersebar”.
2.3.7 Daerah Terjauh
Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai
tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah
yaitu angin matahari dan gravitasi matahari. Batasan terjauh pengaruh angin
matahari kira kira berjarak empat kali jarak Pluto dan matahari. Heliopause ini
disebut sebagai titik permulaan medium antar bintang. Akan tetapi, Bola Roche Matahari jarak efektif pengaruh gravitasi matahari diperkirakan
mencakup sekitar seribu kali lebih jauh.
Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum diketahui. Medan gravitasi matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi
bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Perkiraan
bawah radius Awan Oort, di sisi lain tidak lebih besar dari 50.000 SA sekalipun
Sedna telah ditemukan. Daerah antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort adalah sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA.
Selain itu, juga ada studi yang mempelajari daerah antara Merkurius dan Matahari. Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah yang
belum dipetakan.
2.4 Konteks Galaksi
Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti yaitu sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar
100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyarbintang. Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi
yang disebut Lengan Orion. Letak Matahari berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat
galaksi dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200
kilometer per detik. Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu
revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.
Gambar 2.8 Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima
Sakti
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam
evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran
dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral galaksi sehingga bumi sangat
jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi
supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di
Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan
evolusi kehidupan.
Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang
berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini
bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi. Intensitas
radiasi dari pusat galaksi juga mempengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat
tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesis bahwa pada lokasi Tata
Surya sekarang ini supernova telah mempengaruhi kehidupan di Bumi
pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke
arah matahari dalam bentuk debu radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya,
seperti berbagai benda mirip komet.
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Ada beberapa hipotesis yang menyatakan asal-usul Tata Surya yang
telah dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu Hipotesis Nebula, Hipotesis
Planetisimal, Hipotesis Pasang Surut Bintang, Hipotesis Kondensasi, dan
Hipotesis Bintang Kembar. Sejarah penemuan Tata surya di awali dengan
dilihatnya planet-planet dengan mata telanjang hingga ditemukannya alat untuk
mengamati benda langit lebih jelas yaitu Teleskop dari Galileo. Perkembangan
teleskop diimbangi dengan perkembangan perhitungan benda-benda langit dan
hubungan satu dengan yang lainnya. Dari mulai mengetahui perkembangan
planet-planet hingga puncaknya adalah penemuan UB 313 yang ternyata juga
mempunyai satelit.
Tata surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah
bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.
Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan
orbit berbentuk elips, lima
planet kerdil atau katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan
jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tata Surya terbagi
menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet
bagian luar, dan di bagian terluar ada Sabuk Kuiper dan Piringan Tersebar.
3.2 Saran
Sebaiknya semua pihak mempelajari Tata Surya agar dapat
mengetahui dari mana sebenarnya Tata Surya itu berasal sehingga kita tidak
dapat mengada-ada atau merekayasanya. Mengetahui Tata Surya juga sangat penting
agar kita dapat mengetahui kebesaran Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Comments
Post a Comment