FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA

A.    Pengertian Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama.
Pengertian filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan dan berbeda pula dengan pengertian agama. Menurut Drs. S.P Siagian, MPA. dalam bukunya Filsafat Administrasi mengatakan "kata filsafat" berasal dari bahasa Yunani, dari kata ""phillos" berarti gemar, senang atau cinta, dan kata "'sophia" artinya kebijaksanaan. Karena itu filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan. Seseorang menjadi bijaksana karena berusaha mendalami hakekat sesuatu. Dengan demikian fisafat berarti berusaha mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam dalamnya, baik mengenai hakekat adanya sesuatu fungsi, ciri-cirinya, kegunaannya, masalahnya serta pemecahan terhadap masalah-masalah itu (Dr. ST Siagian,MPA, 1980:2,3).
Selain itu Prof. Ir. R. Pudjawijatna, dalam bukunya Pembimbing ke arah Filsafat, juga menegaskan arti Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab-sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Disamping kedua pendapat di atas ada pula pendapat tentang definisi filsafat sebagai berikut :
1.      Plato (427-347 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan hakikat
2.      Aristoteles (384-322 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis.
3.      Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan pokok pangkal dari segala pengetahuan dan perbuatan.
4.      D.CMulder
Filsafat adalah pemekaran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan. Ilmu filsafat itu mengabtraksikan susunan itu menjadi sasaran pemikirannya.
5.      N. Driyarkara
Filsafat adalah pemekaran yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab "ada" dan "berbuat", perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya sampai ke "mengapa" yang penghabisan.
6.      Hasbullah Bakry
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu mengenai Ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
7.      Noto Nagoro
Filsafat menelaah hal-hal yang menjadi obyeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam yang tetap tidak berubah yang disebu mutlak.
Ilmu pengetahuan terdiri dari "ilmu" dan "pengetahuan". Segala sesuatu yang dapat diketahui melalui indria disebut pengetahuan (knowledge). Tidak semua pengetahuan disebut ilmu. Pengetahuan yang bisa dikatakan ilmu apabila pengetahuan itu memenuhi beberapa persyaratan sebagai persyaratan ilmiah dengan cirinya sebagai berikut :
-        Bersistem; Pengetahuan yang dapat diuraikan dari hal-hal yang dianggap paling mudah sampai yang paling rumit, atau mempunyai hubungan fakta yang satu dengan fakta yang lainnnya.
-         Bermethode; Pengetahuan mempunyai cara-cara dalam penyajiannya, sehingga mudah dipahami atau mempunyai cara-cara memperoleh kebenaran.
-        Obyektif: Pengetahuan dapat mengukur / menilai apa adanya atau dapat mencari persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya.
-        Universal; Pengetahuan berlaku umum yaitu berlaku bagi semua orang. Siapapun dapat menguji kebenarannya berdasarkan norma ilmiah yang ada.
Suatu keuntungan besar bagi manusia adalah karena manusia memiliki sifat kodrati ingin tahu. Dari apa yang ingin diketahuinya, manusia tak akan puas sampai batas itu saja, tetapi mereka ingin lebih tahu lagi. Demikian seterusnya dan tak mempunyai batas akhir. Mengapa demikian, karena yang paling pokok adalah apa yang diterima sebagai suatu kenyataan alam ditanggapi sebagai dwifungsi, yaitu ditanggapi secara statis dan dinamis. Justru inilah yang merupakan daya dorong yang paling mendasar, sehingga manusia selalu ingin lebih tahu. Sehingga wajarlah apabila ilmu pengetahuan selalu berkembang pesat sejalan dengan perkembangan teknologi.
Untuk memperoleh suatu pengertian yang lebih jelas maka berikut ini ada beberapa difmisi tentang ilmu pengetahuan, antara lain :
a.       Drs. Ong Hian Hoey, dalam majalah perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, II/2 1957 mengatakan; ilmu pengetahuan adalah jumlah pengetahuan yang teratur setelah diabstraheer dan diobyektiver, sedang sifat kegunaannya menjadi ciri yang utama.
b.      Mohammad Hatta, dalam bukunya Pengantar Ke jalan Ilmu Pengetahuan menyebutkan; Ilmu adalah suatu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiat dan kedudukannya maupun menurut bangunnya dari luar.
Dengan demikian jelaslah bahwa ilmu itu adalah pengetahuan juga, tetapi pengetahuan yang sudah teratur, tersusun secara sistematis, metodhis, obyektif dan universal.
Kata agama secara etimologi berasal; dari bahasa Sansekrta, dari kata "gam" yang dalam bahasa Inggrisnya sama dengan "go" berarti pergi. Prefiks "a" dari kata gam berarti tidak. Jadi agama berarti sesuatu yang tidak pergi, yaitu langgeng, yang kekal, yang abadi. Yang dimaksudkan dengan semua itu adalah Tuhan.
Agama dalam bahasa Inggrisnya merupakan terjemahan "'relegion" yang berarti kedatangan kembali, maksudnya kedatangan wahyu Tuhan. Selain agama dikenal dengan "dharma"' yang berarti menjinjing, memangku, mengatur dan memelihara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud agama adalah ajaran suci bersifat, rohani yang menuntun, mengatur kehidupan manusia.
Agama adalah suatu kepercayaan akan adanya Tuhan serta segala sesuatu yang bersangkut paut dengan itu. Agama adalah kayakinan yang didasarkan atas wahyu Tuhan. Agama memberi petunjuk bagaimana cara mengadakan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan Tuhan.

B.     Kebenaran Filsafat, Ilmu Pangetahuan dan agama.
Kebenaran filsafat terletak pada kemampuan berpikir yang mendalam. Segala sesuatu yang ada dan yang mungkin akan ada. Dipikirkan sedalam-dalamnya, sampai keakar-akarnya hingga melewati batas kebenaran ilmu. Kebenaran filsafat sebenarnya kebenaran ilmu juga, namun bidang pengkajiannya lebih mendalam serta tidak terbatas. Filsafat pengkajiannya tidak membatasi diri. Seorang filosof tidak akan pernah merasa puas dengan kebenaran yang sudah ada. Sama halnya dengan ilmu pengetahuan, filsafat juga menuntut suatu kebenaran secara sadar dan bermethode, bersistem dan universal. Tetapi sifat kebenaran yang diperoleh tanpa ada batasnya. Dengan demikian bidang filsafat lebih luas lingkupnya dari pada ilmu pengetahuan. Filsafat menuntut daya berpikir tinggi dalam menghadapi masalah.
Kebenaran ilmu pengetahuan lingkupnya terbatas yaitu sebatas pengalaman indria. segala sesuatu yang dapat diketahui secara sadar bersistem, bermethode, obyektif dan universal disebut ilmu. Kemampuan berpikir dalam mengkaji ilmu menjadi dasar utama dalam memperoleh kebenaran ilmiah. Jika kita berpikir ilmiah maka kita harus mempunyai pola pikir yang bercirikan ilimiah. Panca indria merupakan sarana vital menentukan keberhasilan mengkaji kebenaran secara ilmiah, sebab Panca Indra adalah pintu gerbangnya ilmu pengetahuan. Dengan panca indria kita dapat mengetahui segala sesuatu yang ingin diketahui secara sadar.
Proses pengkajian ilmu diawali dengan rasa ingin tahu. Rasa ingintahu inilah yang mendorong manusia untuk bertanya dan menyelidiki apa yang ingin diketahuinya. Mula-mula manusia ragu-ragu terhadap kebenaran tertentu yangsedang dihadapi, maka mulailah mengadakan hepotesa, mengumpulkan data/fakta, manganalisa berdasarkan data yang ada membuktikan dengan percobaan secara berulang-ulang, barulah dapat mengambil kesimpulan tentang sesuatu kebenaran.
Proses pengkajian filsafatpun sebenarnya sama dengan proses ilmu pengetahuan, hanya saja filsafat mengkaji lebih jauh dan tidak mandegsampai disana. dikaji terus sampai keakar-akarnya. Hal ini disebabkan manusia mempunyai kemampuan berpikir serta daya nalar apa yang didengar, dialami dan diketahuinya, ia tidak puas sampai disitu. Ia ingin mendapatkan keterangan yang lebih luas dan lebih dalam, sehingga dapat menentukan bagaimana kedudukan persoalan dan mengapa demikian? Karena manusia berpijak ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang memuaskan.
Bila ruang lingkup ilmu pengetahuan hanya sampai pada obyek-obyek nyata yang dapat ditangkap indria, maka ruang lingkup filsafat lebih luas dari pada itu, mencakup apa yang ada dan apa yang mungkin tidak ada, namun bersifat abstrak, maka ruang lingkup agama sampai di luar jangkauan indria. Karena itu tidak semua masalah-masalah agama dapat dibuktikan seperti ilmu pengetahuan, dan agama tidak memerlukan pembuktian. Jadi kebenaran agama berbeda dengan kebenaran ilmiah.
Kebenaran agama adalah mutlak, kekal, abadi. Kebenaran agama adalah kebenaran Tuhan yang bersifat gaib, Acintya (tak terpikirkan oleh akal) namun kenyataan hidup yang sering dihadapi manusia membuat ia tidak berdaya atas kuasa Tuhan terhadap segalanya. Keyakinan menjadi dasar kebenaran agama. Secara konseptual kebenaran agama terletak pada kepercayaan kepada Tuhan. Seseorang yang mengaku dirinya beragama harus diawali dengan terlebih dahulu tanpaada keragu-raguan menerima kebenaran agama. Meskipun kebenaran agama tidak perlu pengujian ilmiah, tetapi kebenaran agama dapat disajikan dengan pendekatan secara ilmiah.
Kebenaran agama menuntun semangat hidup atau memberi motivasi hidup terhadap manusia. Agama memberikan janji di hari depan. Agama memberi rambu-rambu kehidupan menuju kehidupan yang lebih baik. Agama mengajarkan kepada manusia untuk meyakini adanya wahyu Tuhan, karena didalam wahyu itu terdapat dua ajaran pokok yaitu; tuntunan/pedoman harus dilaksanakan dari sesuatu yang harus dihindari. Sebagai contoh air. Air dalam filsafat memandang tidak hanya sebagai kebutuhan vital, tetapi masalah air dikaji dan diteliti secara mendalam. Apakah air itu? Mengapa perlu diadakan air? Dari mana air itu berasal?. Demikian seterusnya pertanyaan itu dilontarkan untuk memperoleh jawaban.
Dari segi ilmiah/ilmu pengetahuan memandang air adalah sebagai suatu kebutuhan vital yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Tanpa air kita tidak bisa hidup. Air dianalisis terdiri dari dua unsur, yaitu hidrogen dan oksigen (H2O). Air juga dianalisis dari segi fungsinya, sifatnya, warnanya dan sebagainya. Berbeda dengan pandangan agama, air ditempatkan pada posisi yang istimewa. Air dipandang mempunyai nilai tambah yakni nilai kepercayaan, nilai kesucian, nilai religius. Air juga dipakai sebagai sarana pemujaan seperti ; Tirta amertha. dan sebagainya.


C.    Hubungan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama.
Filsafat, ilmu pengetahuuan dan agama, meskipun ketiganya memiliki bidang yang berbeda, namun semuanya memiliki hubungan yang erat. Adapun hubungannya, filsafat adalah induknya ilmu pengetahuan yang menjadi dasar pengkajian timbulnya filsafat. Filsafat dan pengetahuan sama-sama menuntut kebenaran secara sadar bermethode. bersistem, obyektif dan universal. Antara ilmu dan filsafat sejalan dan saling berkaitan. Ibarat sebuah pisau belati dengan kedua belah sisinya, satu dengan yang lainnya berbeda, namun satu fungsi. Ilmu mendukung tumbuh kembangnya filsafat dan sebaliknya dalam filsafat sudah terkandung ilmu pengetahuan. Demikian halnya denganagama yang berdasarkan keyakinan, namun penyajian ajarannya tidak terlepas dengan methode penyajian ilmiah.
Demikian methode penyajian ilmiah, ajaran agama dengan mudah dipahami. Dengan demikian methode penyajian ilmiah mutlak diperlukan dalam bidang agama. Selain dengan ilmu pengetahuan agama juga mempunyai hubungan erat dengan filsafat.  Bahkan agama (Hindu) mempunyai aspek filsafat sebagai salah satu bagian yang amat penting berupa Tri Kerangka Agama Hindu yaitu aspek Tattwa, Etika dan Upacara. Tattwa adalah filsafat yang dikemas dalam ajaran Hindu. Di India filsafat yang serupa dengan itu dinamai Darsana. Oleh karena itu memperdalam ajaran Fiindu tidak terlepas dengan aspek Tattwa. Inilah bukti bahwa agama dan filsafat tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.

Pertanyaan                           
1.      Apa perbedaan pengertian filsafat, ilmu pengetahuan dan agama?
2.      Bagaimana batas kebenaran filsafat, ilmu pengetahuan dan agama?
3.      Bagaimana hubungan Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama?


Comments

Popular Posts